My Instagram

My Instagram
My #2015bestnine in Instagram is still the best :)

Sabtu, 15 April 2017

Reklamasi Pecah Belah Rakyat Bali.

Rancangan Pulau Reklamasi

“Tolak reklamasi Teluk Benoa !” Banyak yang bilang kalimat itu pemersatu rakyat Bali dalam menolak investor rakus. Benarkah demikian ?

Saat ini kasus reklamasi Teluk Benoa sedang menuju puncaknya. Reklamasi adalah proses pembuatan daratan baru di lahan yang tadinya tertutup air, seperti bantaran sungai atau pesisir. Reklamasi Teluk Benoa rencananya akan mengubah peruntukan perairan Teluk Benoa dari kawasan konservasi menjadi zona budi daya dan pembangunan berbagai obyek wisata di atasnya. Rencana reklamasi itu menuai pro dan kontra.

Pihak yang mendukung menyatakan bahwa reklamasi itu dilakukan karena kondisi wilayah perairan sudah sangat terancam akibat abrasi dan terjadi sedimentasi / pendangkalan karena perubahan iklim global. Tujuan pemanfaatan kawasan Teluk Benoa, antara lain untuk mengurangi dampak bencana alam dan iklim global, serta menangani kerusakan pantai pesisir. Kebijakan rencana pengembangan Teluk Benoa adalah untuk meningkatkan daya saing dalam bidang destinasi wisata dengan menciptakan ikon pariwisata baru berkonsep green development berlandaskan budaya Bali, membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan perekonomian dan sebagai upaya mitigasi bencana, khususnya bahaya tsunami.

Kelompok yang menolak rencana reklamasi berpendapat bahwa kawasan konservasi memiliki banyak fungsi vital dalam pelestarian ekosistem. Mereklamasi kawasan konservasi, selain melanggar peraturan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita, juga membawa banyak dampak negatif bagi ekosistem maupun kehidupan masyarakat sekitar, termasuk kehilangan wilayah suci untuk upacara adat, tersingkirnya masyarakat dan budaya asli Bali, pembangunan Bali yang tidak merata, serta mafia-mafia berkedok investor yang akan berkuasa dibalik mulusnya reklamasi Teluk Benoa.

Hasil survei Indo Survey and Strategy (ISS) tahun 2014 menyebutkan, mayoritas masyarakat Bali ternyata menginginkan adanya revitalisasi berbasis reklamasi di pulau Benoa. Dari hasil survey didapati, sebanyak 53,2 persen masyarakat Bali memilih dilakukannya revitalisasi berbasis reklamasi, sedangkan 32 persen menolak revitalisasi berbasis reklamasi. Sisanya 3 persen masyarakat tidak menjawab.

Hal ini telah cukup membuktikan bahwa dibalik pihak yang terang-terangan menolak reklamasi teluk benoa, ada penduduk Bali yang terlihat diam tapi mendukung revitalisasi berbasis reklamasi. Apakah mereka yang mendukung reklamasi ini salah ? Belum tentu. Tapi jika ada orang yang secara terang-terangan mendukung reklamasi, secara tak langsung sikap orang-orang yang ada disekitarnya langsung berubah sinis. Tatapan matanya terkesan menyalahkan dan inilah yang berpotensi menimbulkan konflik lain : perpecahan Bali.

Kenapa bisa demikian ? Ada yang mengatakan hal ini sudah diatur oleh pihak yang ingin merusak Bali melaui politik devide et impera, politik pecah belah. Tapi apakah itu benar ? Bagaimana jika tidak ada orang asing yang mengadu domba rakyat Bali, tapi rakyat Bali itu sendiri yang belum paham sepenuhnya apakah reklamasi Teluk Benoa itu baik atau buruk, lalu bertengkar karena merasa alasannya yang paling benar ? Ironis.

Agar tidak menimbulkan perpecahan yang semakin parah, sebaiknya aksi terhadap penolakan reklamasi Teluk Benoa ini perlu dirubah menjadi aksi damai bersama untuk menguak kebenaran dari proyek tersebut, apakah reklamasi teluk benoa itu lebih banyak memberikan dampak positif atau negatif bagi Bali. Misalnya dengan mengadakan diskusi / kajian bersama, pengawasan bersama terhadap berbagai pihak yang terlibat, dan bila memungkinkan dengan memaksa penggagas proyek untuk membuka secara lengkap dan sejujur-jujurnya mengenai maksud dilakukannya reklamasi Teluk Benoa baik secara sekala atau niskala. Masyarakat juga hendaknya lebih terbuka terhadap berbagai pemikiran baik dari segi pro maupun kontra dengan tetap saling menghormati. Bukannya menyalahkan pemikiran yang berbeda dari yang diketahuinya.

Intinya meski kebenaran mengenai reklamasi Teluk Benoa belum jelas, rakyat Bali harus tetap akur dan bersatu untuk menghadapi masalah-masalah yang ada, khususnya masalah dari luar. Sama halnya seperti dua saudara yang terlalu sibuk berkelahi sehingga tidak memperhatikan anak tetangga yang mencuri mangga di halaman dua bersaudara tersebut. Jadi, dua bersaudara ini harus akur sehimgga bisa melindungi pohon mangganya dari pencuri sambil tetap merawat mangga tersebut agar semakin subur dan berbuah banyak (Bagus).

*Tulisan ini pernah dimuat di www.persakademika.com

Puisi Alay

PHP

Oleh : Putu Bagus Kresna P.


Parasmu ayu
Usahamu menarikku
Tiada yang lain
Untukku kau dunia

Apakah mungkin bersama ?
Yakinkah aku ?
Untukmu aku apa ?

Salah mungkinku
Untuk berharap lebih
Akankah terus begini
Sakit hati
Terulang berjuta kali
Ini mungkin yang terbaik
Demi masa tua
Elakkan masa hitam putih
Walau sakit
Inilah nasib cintaku

Ulu Apad di Bayung Gede.

Tradisi Ulu Apad

Apa itu Ulu Apad dan Bayung Gede ? Pertanyaan tersebut pasti langsung tersirat ketika membaca judul artikel ini.

Bayung Gede adalah nama sebuah desa yang berada di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Desa ini terletak sekitar 55 kilometer di timur laut Denpasar serta sekitar 35 kilometer utara Bangli. Terdapat 2 jalur untuk mencapai Bayung Gede; bisa dari jalur Payangan-Kintamani maupun Bangli-Kintamani. Desa ini berada pada ketinggian sekitar 800-900 meter dari atas permukaan laut. Oleh karena itu Bayung Gede senantiasa berhawa sejuk. Dengan iklim semacam itu, pertanian lahan kering merupakan andalan warga desa. Dibalik lokasi dan iklimnya yang mendukung sektor pertanian, ada satu hal spesial yang dimiliki oleh Desa Bayung Gede. Lagi-lagi muncul pertanyaan yang sama. Apa itu ?

Dilansir dari skripsi milik Ni Ketut Nugrahaningari, sarjana antropologi Universitas Udayana; Desa Bayung Gede merupakan desa Bali kuno yang memiliki adat, budaya dan tradisi yang berbeda dengan daerah lainnya di Bali. Perbedaan budaya dikarenakan masyarakat Desa Bayung Gede merupakan penduduk Bali Mula (Bali asli-red) yang sudah mewarisi tradisi Bali kuno sebelum migrasi orang Jawa saat runtuhnya Kerajaan Majapahit. Faktor geografis di pegunungan juga menyebabkan sulitnya kontak budaya dengan masyarakat luar. Teguhnya masyarakat Bali Mula di Desa Bayung Gede dalam melestarikan budaya aslinya tercermin pada proses pemilihan pemimpin yang didasarkan kesepakatan yang diwarisi secara turun-temurun.

Berdasarkan hasil penelitian lapangan, wawancara dan sumber kepustakaan menunjukkan bahwa Ulu Apad adalah struktur adat dan politik lokal masyarakat Bali Mula yang bersifat komunal dan berprinsip kolektif kolegial. Posisi kepemimpinan pemerintahan adat dan semua posisi jabatan pendukungnya diurut berdasarkan senioritas pernikahan dari 164 krama desa pengarep atau warga utama yang wajib mengabdikan hidupnya di desa. Adanya perolehan hak kepemimpinan adat merupakan status sosial yang diperoleh seseorang dalam lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir. Status tersebut diberikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat.

Jero Kubayan Mucuk merupakan sebutan pemimpin sistem Ulu Apad pemerintahan adat Bali Mula di Bayung Gede. Jero Kubayan Mucuk yang saat ini menjabat baru dapat menjadi orang nomor 1 setelah 50 tahun mengabdi di desa sejak menggantikan orang tuanya yang meninggal. Beliau telah melalui berbagai tingkat jabatan dan berbagai jenis ritual penyucian diri, hingga akhirnya mendapatkan legitimasi sebagai pemimpin sistem Ulu Apad. Pembagian tugas dalam sistem kepemimpinan masyarakat Bali Mula dimasa lalu lebih mengatur adat istiadat. Namun pada era modern dewasa ini, berbagai permasalahan baru langsung menyentuh kehidupan masyarakat Desa Bayung Gede. Bukan hanya persoalan adat, namun juga persoalan sosial, politik, budaya, pariwisata, ekonomi, hukum, kesehatan dan pendidikan. Meskipun kini terdapat penambahan posisi kepemimpinan bendesa adat dan kepala desa dalam tata pemerintahan di Desa Bayung Gede, namun yang mendapat legitimasi atau pengakuan kepemimpinan utama adalah pemimpin sistem Ulu Apad. Seorang pemimpin ditingkat lokal diharapkan juga memiliki berbagai macam kualitas agar dapat mengayomi masyarakatnya dalam menghadapi peluang, tantangan, dan realitas kehidupan modern. Itulah Ulu Apad di Bayung Gede. (Bgs)

*tulisan ini pernah dimuat di web www.persakademika.com

Prof. Windia Salahkan Pemerintah dalam Film Taiwan TV

Prof Windia saat memberi kuliah umum

“Pemerintah yang secara sistematis menghancurkan subak,” ucap Prof. Windia saat direkam oleh crew pembuatan film dokumenter subak dari Taiwan TV di Agrokomplek UNUD (15/5).

Prof. Dr. Wayan Windia, M.S. adalah Guru Besar Fakultas Pertanian dan Kepala Pusat Penelitian Subak Universitas Udayana. Dalam kuliah umum tentang subak yang digelar mendadak senin lalu, Prof. Windia membahas banyak hal tentang subak dan pertanian di Bali. Ia mengatakan bahwa petani sekarang merasa tercekik oleh pajak tinggi yang diterapkan oleh pemerintah. Besarnya pajak yang berlaku pada petani semakin tinggi tergantung dari lokasi sawah / subaknya. Jika terletak di kawasan pariwisata maka pajaknya semakin tinggi, padahal pendapatan mereka belum tentu bertambah. “Petani kok nilai asetnya yang dinaikkan? Kalau pegawai pajaknya naik kan kalau gajinya naik,” terangnya pada mahasiswa.

Prof. Windia menghimbau para mahasiswa dan penonton film dokumenter Subak karya Taiwan TV agar selalu membela para petani. Ini dikarenakan petani saat ini mayoritas belum mampu melindungi dirinya sendiri. “Nyari koran mereka nggak bisa. Ngirim surat untuk pemerintah nggak tahu caranya,” jelas Windia. Ia juga menjelaskan bahwa subak itu harus kuat menolak alih fungsi lahan. Kalau sampai terjadi pembangunan pada suatu subak, itu artinya subak tersebut tidak kuat. “Misalnya subak di Peguyangan ada pembangunan. Batunya dibuang sama anggota subak disana. Pasirnya juga dibuang. Kalau sudah ada satu rumah masuk, rumah-rumah lain akan menyusul dan rusaklah subaknya. Bisa jadi pekasehnya (ketua subak; red) itu calonya,” ucap Windia.

Liu Soung, director Bow Wow Productions dari Taiwan TV mengatakan bahwa mereka membuat film dokumenter untuk Public Television System (PTS) di Taiwan. PTS merupakan organisasi non profit yang mengangkat isu kebudayaan & sosial. “Taiwan saat ini menghadapi tantangan serius di bidang pertanian. Banyak pembangunan terjadi di areal pertanian dimana para petani menghadapi masalah yang serius,” jelasnya dalam Bahasa Inggris. Oleh karena itu Liu Soung dan timnya berpikir untuk berkeliling dunia membuat film dokumenter sebagai tontonan bagi orang Taiwan.

“Ketika mereka menghadapi tantangan seperti itu, apa yang bisa mereka lakukan? Dan kami melihat budaya 1000 tahun di Bali yang sangat hebat dan tetap bertahan ditengah globalisasi. Banyak tradisi menghilang tapi subak di Bali sangat hebat bisa bertahan. Orang-orangnya, tanahnya, budayanya sangat hebat dan kami rasa film tentang subak ini akan memberikan wawasan baru bagi orang Taiwan,” terang Liu Soung panjang lebar. Film dokumenter tentang subak ini rencananya akan selesai pada tahun 2019 nanti. Ini karena Liu Soung dan timnya juga harus pergi ke beberapa negara lain untuk melanjutkan pembuatan film dokumenter tersebut sebelum diedit dan dipublikasikan. “Kita harus bangga akan subak tidak hanya berjasa bagi Indonesia, tapi juga pada dunia,” tutup salah satu crew Taiwan TV sebelum meninggalkan Agrokomplek Universitas Udayana. (Bagus)

*tulisan pernah dimuat dalam web www.persakademika.com

Prof. Bakta Dukung Jokowi-JK


“Orang yang berpikiran rasional mestinya memilih Jokowi – JK,” ujar mantan rektor Universitas Udayana ini saat memberikan sambutannya diacara Deklarasi Koalisi Bhineka Tunggal Ika Untuk Jokowi – JK Bersama Eksponen Akademisi Seluruh Bali. Hotel Inna Bali, Jalan Veteran (Sabtu, 7 Juni 2014).

          Menurut Prof. Dr. dr. I Made Bakta, SpPD (KHOM), seorang akademisi harus mendengarkan hati nuraninya dan harus berani mengatakan apa yang terkandung dalam hati nuraninya. Seorang akademisi harus berani mengatakan yang benar itu adalah benar dan yang salah itu adalah salah.” Oleh karena itu tentu tidak banyak etik kalau kita ikut didalam relawan ini, malah kita melaksanakan etika akademisi sebagai akademisi yang baik dan harus menyatakan hati nuraninya dan melaksanakan dalam bentuk kegiatan seperti ini.” Ujarnya.

Prof. Bhakta mengatakan bahwa dia dan seluruh akademisi yang hadir adalah sebagai relawan, tidak ada paksaan dan indepedent. Tidak terkait dengan partai, tidak terkait dengan tim sukses tapi secara fungsional tentu memiliki goal yang sama, yaitu untuk memenangkan pasangan Jokowi-JK. Dalam sambutannya, Prof. Bhakta juga menambahkan bahwa ia mendengarkan hati nuraninya untuk mendukung salah satu capres dan menyarankan bahwa para akademisi tidak boleh begitu saja percaya dan melakukan Black Campaign serta harus memberikan hal positif sebagai akademisi yang berkualitas.

Deklarasi ini ditandatangani oleh 471 akademisi se Bali dari berbagai kalangan dan tingkat pendidikan mulai dari mahasiswa, dosen, Doktor, Magister, hingga Profesor dimana 69 orang diantaranya adalah guru besar dari berbagai universitas seperti UNUD, UNDIKSHA, Warmadewa, Maha Saraswati, Undiknas, dan lain – lain. (Bagus Kresna Pradnyadhika)


 *Tulisan pernah dimuat di web www.persakademika.com

Mengungkap Misteri UKT UNUD


Pertama kalinya sejak 51 tahun Universitas Udayana berdiri, sistem UKT 5 kelompok mulai diberlakukan pada tahun 2013 silam. Tapi apakah itu UKT 5 kelompok ?

UKT 5 kelompok adalah “sistem” pembayaran uang perkuliahan menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2013 yang kelompoknya dibagi berdasarkan kemampuan ekonomi mahasiswa. Sistem UKT berlandaskan atas Undang-undang Perguruan Tinggi pasal 88 ayat 5 dan berlaku diseluruh universitas negeri di Nusantara. “Mau tidak mau, sistem pembayaran Uang Kuliah Tunggal ini harus dilakukan karena dalam berorganisasi ada susunan pemerintahan di mana ada pemimpin yang membuat peraturan dan orang yang dipimpin serta mengikuti peraturan”, jawab Pembantu Rektor 2 UNUD, Prof.Dr.Ir. Ketut Budi Susrusa MS. saat ditanya mengenai kesiapan Universitas Udayana menanggapi Permendikbud Nomor 55 tadi.

Mengklarifikasi data di atas, Pembantu Rektor 2 UNUD yang membidangi administrasi dan keuangan juga memberikan alasan kenapa UKT 5 kelompok diberlakukan di UNUD. “UKT ini diberlakukan di seluruh universitas negeri di Indonesia. Sebenarnya dari kemdikbud memberi kuasa kepada tiap – tiap Universitas untuk membagi UKT menjadi 7 kelompok. Saya tidak tahu bagaimana dengan universitas lain, tapi UNUD hanya ngambil 5 kelompok untuk penyederhanaan aja”, ujarnya. Sistem UKT 5 kelompok sendiri merupakan sistem yang baru diberlakukan oleh pemerintah mulai tahun akademik 2013 kemarin. Oleh karena itu pada tahun – tahun sebelumnya semua mahasiswa membayar jumlah uang kuliah yang sama (UKT) sesuai dengan prodi yang dipilihnya. Menurut Pak Budi, karena pemerataan tersebut, banyak mahasiswa dengan ekonomi yang kurang merasa terbebani sementara orang yang mampu secara ekonomi membayar biaya kuliah yang sama dengan orang – orang yang kurang mampu tadi.

Tujuan pengadaan UKT 5 kelompok pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 55 Tahun 2013 adalah untuk meringankan beban mahasiswa terutama yang kurang mampu terhadap pembiayaan pendidikan. Prof. Budi juga menambahkan bahwa tujuan adanya UKT 5 kelompok ini adalah untuk meningkatkan akses masyarakat agar bisa memasuki perguruan tinggi. “Berdasarkan studi / sosialisasi tentang UKT kemarin, UKT ini diadakan agar orang yang mampu secara intelektual tapi tidak mampu dalam ekonomi bisa masuk ke perguruan tinggi. Kemudian dengan adanya UKT ini diharapkan bisa mewujudkan tujuan UUD 1945 untuk meningkatkan kecerdasan bangsa”, terangnya dengan penuh antusias. Padahal tanpa adanya UKT 5 kelompok sudah banyak bantuan berupa beasiswa bagi orang yang kurang mampu agar bisa melanjutkan kuliah diperguruan tinggi seperti beasiswa. Tapi tetap saja di Indonesia sendiri, jumlah orang yang kurang mampu lebih banyak dibandingkan dengan jumlah beasiswa yang ada. Maka dari itu sistem UKT berkelompok ini dikeluarkan oleh pemerintah dan dibagi berdasarkan kemampuan ekonomi mahasiswa dimana para mahasiswa yang kurang mampu membayar biaya kuliah yang lebih kecil dibandingkan dengan orang yang memiliki kelebihan dibidang ekonomi.

Secara sederhana, uang UKT ini lebih kecil daripada biaya kuliah yang seharusnya dibayarkan karena sisanya telah disubsidi oleh pemerintah. Mahasiswa yang memiliki kemampuan ekonomi yang standar / berkecukupan akan dikenakan UKT 3 berdasarkan syarat – syarat yang sudah dikumpulkan dalam pendaftaran mahasiswa baru. Sedangkan mahasiswa yang kemampuan ekonominya kurang akan dikenakan UKT 1 atau UKT 2 sesuai penilaian dari tim verifikasi. UKT 4 dan UKT 5 tentu saja diperuntukkan bagi mahasiswa dengan kemampuan ekonomi yang mapan dimana kelebihannya akan digunakan untuk menutupi biaya kuliah mahasiswa yang membayar UKT 1 dan UKT 2. Dengan adanya sistem UKT 5 kelompok tersebut, Tjokorda Dharma Putra Pemayun yang merupakan salah seorang mahasiswa semester 1 Fakultas Hukum UNUD merasa bahwa uang kuliah yang dibayarkannya cocok. Tidak terlalu tinggi, tidak terlalu rendah, dan sesuai dengan pendapatan orang tuanya. “Saat saya mengisi form data UKT, saya telah mendiskusikannya dengan orang tua saya sebelumnya sehingga tidak terjadi keluhan didalam keluarga saya”, jelas mahasiswa yang akrab dipanggil Cok Dharma ini.

Namanya suatu kebijakan, pasti ada pro dan kontranya. Jika ada yang setuju, pasti ada saja yang tidak setuju. Seorang mahasiswa dari Fakultas Pertanian yang tidak ingin disebutkan namanya merasa tidak setuju dengan kelompok UKT yang didapatkannya dan meminta agar kelompok UKT nya diturunkan karena ia merasa kelompok UKT yang didapatkannya tidak sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarganya. Banyak juga mahasiswa yang protes akan kelompok UKT yang diberikan dan meminta agar kelompok UKT nya dirubah. Ada juga kasus mahasiswa yang berbohong dalam form pengisian kelompok UKT nya dimana perekonomiannya mapan tetapi menginginkan kelompok UKT yang lebih kecil dan masih banyak pula kasus – kasus tentang pengelompokan UKT lainnya. “Menurut saya UKT 5 kelompok ini sebenarnya ide yang bagus, hanya dalam implementasinya yang kurang baik. Saran buat pak rektor untuk UKT per kelompok harusnya disosialisasikan sebelum penerimaan mahasiswa baru agar para orang tua bisa menyesuaikan keuangan mereka dengan prodi yang ingin dituju”, tutup Cok Dharma. Untuk menanggapi pernyataan seperti itu, Pak PR 2 sudah meminta bantuan pada timnya dan juga BEM untuk mensosialisasikan hal mengenai UKT 5 kelompok dan hal itu telah dikonfirmasi oleh Ketua BEM Fakultas Pertanian UNUD, Ida Bagus Wahyu Permana. “Untuk saat ini sih belum dapat kabar sosialisasi dari rektorat, tapi dari BEM PM ada. Sosialisasinya kalau nggak salah di Student Centre dan sebenarnya ditujukan untuk adik – adik 2013 yang ingin berkonsultasi saja”, jelas Wahyu Permana. Kesimpulannya UKT 5 kelompok ini dibuat dengan tujuan untuk meringankan beban ekonomi mahasiswa khususnya yang kurang mampu, tetapi dalam penerapannya masih banyak yang perlu dibenahi dan tugas kita bersamalah untuk membenahi hal tersebut demi UNUD yang lebih baik.

*Tulisan ini pernah dimuat di buletin Pers Mahasiswa Akademika UNUD Tahun 2013.

Kiat – Kiat Mencari Duit Ala KDU MP34

Uang merupakan alat tukar yang diakui oleh umat manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

DALAM BERORGANISASI, CARA MENCARI UANG GIMANA ?

-          Siapkan Uang Kas / tolong dirimu sendiri
-          Cari Sumber Pemasukan TETAP
-          Kurangi Pengeluaran (Efektifkan Dana)
-          Cari Iklan untuk majalah MP, MP News, radio dsb
-          IKUTI LOMBA yg hadiahnya besar
-          Kerja dibidang yg kalian suka (Fotografer, Nulis di media dsb)
-          CARA KREATIF LAINNYA (Jualan motor, adakan nobar)

Contoh cara mencari uang :

-  Jualan makanan dsb
-  Jualan buku dsb
-  Jual Barang Bekas *Botol minuman, koran /majalah/buku bekas, baju bekas, kotak kue bekas, jualan jepun
- Cari Sponsor untuk acara besar seperti Presslist

PELAJARAN PENTING :

ž  Mencari sponsor harus didukung dengan rencana strategis
ž  Ada pertanyaan yang harus dijawab: Mengapa sebuah brand harus mensponsori acara kita ?
ž  Ini harus kita pikirkan baik-baik.
ž  Kalau perlu, kita pun bisa membuat customised proposal untuk masing-masing target sponsor.

Ribet memang, tapi diperlukan!

MASIH PENTING :

ž  Kita harus mengetahui betul apa kelebihan event kita.
ž  Kakak pernah mencari “sponsor” melalui media sosial
ž  Hal ini kakak lakukan bukan karena hanya ingin menyampaikan informasi ke orang banyak, tetapi karena kami memiliki sesuatu yang bisa disampaikan dan “ditawarkan” ke calon sponsor.

Penting Juga :

ž  Selain itu, penting sekali bagi kita untuk membangun “relationship” dengan calon sponsor.
ž  Jangan cuma datang untuk minta uang saja.
ž  Mungkin, sama seperti kita berteman dengan seseorang.
ž  Jangan cuma datang ketika “butuh” mereka saja, tetapi kita juga sebaiknya ada ketika mereka membutuhkan kita.

Perlu dipikirkan :

ž  Yang harus kita pikirkan baik-baik selain sponsorship packages adalah budget.
ž  Tidak akan ada pihak yang mau mensponsori kita apabila budget yang kita presentasikan tidak masuk di akal.
ž  Ada sumber “mengajarkan” saya untuk menghitung cost per head.
ž  Kata sumber, sponsor akan menghitung cost per head, yang berarti kira-kira seperti ini : Misalnya, kita membutuhkan dana 100 juta untuk program yang impact-nya hanya untuk 100 orang, berarti cost per head > 100 juta : 100 orang = 1 juta per orang.
ž  Mahal sekali, kan ? Berarti, kalau kita mau memiliki budget besar, impact-nya juga harus besar.
ž  Mengenai sponsorship packages menurut sumber, penting bagi kita untuk tidak hanya fokus ke masalah pemasangan logo dan umbul-umbul.
ž  Tidak semua perusahaan mau memasang umbul-umbul saja, apalagi jika investasinya di proyek kita relatif besar.
ž  Mereka bisa minta waktu untuk promosi produk / perusahaan : BERIKAN !!
ž  Bantuan yang bisa mereka berikan juga bisa berupa promosi acara, barang, peminjaman tempat dsb.
It’s not all about the money

Nah, setelah calon sponsor setuju untuk mendanai acara kita (dan kita setuju dengan kompensasi yang mereka minta), saatnya untuk membuat Memorandum of Understanding (MoU)/Surat Perjanjian Kerjasama (SPK).

            - Poin-poin di dalam MoU penting sekali untuk kita susun baik-baik.
            - Misalnya, sekian persen dana sponsorship harus diberikan pada H-14 via transfer bank
dan sisanya H+14.
            - Jangan lupa, ketika ada penandatanganan MoU, harus menggunakan materai (biasanya
yang nilainya Rp6000,-).
-          Apabila sponsor belum melunasi “janji”-nya di hari yg ditentukan, kita berhak bawel.
-          Bagaimanapun juga, itu adalah hak kita, sudah ada perjanjiannya, dan harus dilunasi.
-          Tapi, jangan lupa untuk menuntaskan semua kewajiban kita juga. Misalnya, kita sudah berjanji mau mention akun sponsor di Twitter, jangan sampai kelupaan.

Kesimpulannya :

ž  Menurut sumber, yang penting dan pertama kali harus dilakukan adalah mengetahui betul-betul apa kelebihan proyek yang kita rencanakan.
ž   Lalu, kita bisa membuat proposal yang menarik,
ž   menyusun budget yang masuk akal,
ž  dan mencari target sponsor.
ž  Contoh target sponsor, misalnya: Brand sportswear untuk acara olah raga, perusahaan IT untuk acara yang berhubungan dengan teknologi.
ž  Setelah itu, kita bisa mencaritahu siapa yang bisa kita temui di sana. Misalnya, caritahu alamat e-mailnya, tweet ke akun Twitternya, atau datang ke acara-acara perusahaan tersebut.

Curhat para divisi pengda

Banyak yang tidak mau berada di Divisi Sponsorship karena katanya “berat”.
            Padahal, ada begitu banyak ilmu yang bisa didapat, seperti network & negotiation skills.
            Selain itu, pas Hari H, Sponsorship adalah divisi yang paling nggak sibuk (seharusnya).
            Pas Hari H, tugas kita di Divisi Penggalian dana adalah menjaga perlengkapan sponsor
(seperti banner, umbul-umbul, booth) supaya nggak rusak.
            Kita juga harus menemani perwakilan sponsor yang menghadiri acara kita.

SELAIN SPONSOR, ADA IKLAN !!
CARA MENCARI :

1. RELASI
2. NEGOSIASI
3. RAJIN
SEMBAHYANG

BENTUK IKLAN :

- IKLAN PENUH
  1 HALAMAN
- ½ HALAMAN
- ¼ HALAMAN
- ADVERTORIAL

LOKASI pemasangan IKLAN :

- NAMPANG DI COVER (PALING MAHAL)
- DI BALIK COVER (MAHAL)
- COVER BELAKANG (MAHAL)
- DI DALAM MAJALAH / BUKU (STANDAR)

Yang harus diperhatikan :

- Motivasilah dirimu !!
            - CARI RELASI YANG BANYAK !
            - Pintarlah menggoda pihak sponsor
            - Jangan takut meminta / menerima bantuan dari teman yang dipercaya (ortu apalagi)
- Carilah sponsor yang menguntungkan
            - KUASAI ACARAMU
            - Beri keuntungan buat pihak sponsor, tapi jangan sampai merugikan MP

WIN WIN SOLUTION

Yang harus diwaspadai

ž  Hati – hati dengan pihak yang mencari keuntungan dengan merugikan kalian
ž  Jangan terlalu jual mahal / milih2 sponsor
ž  Sekarang makin banyak kegiatan yg dilakukan berbagai organisasi
ž  Jangan sampai menyakiti /   mengecewakan sponsor


*Materi ini didapatkan dari beberapa sumber dan pengalaman prinadi penulis. Penulis pernah membawakan materi ini dalam Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar (PJTD) Madyapadma Journalistic Park SMAN 3 Denpasar

Ni Made Riana Fitri : Berbohong Untuk Sekolah


“Duh galau”. Dua kata tersebut sering terdengar dari mulut perempuan berparas cantik ini. Baru sehari kuliah, dia sudah ditunjuk untuk jadi kordinator tingkat atau KORTI di kelas Agri B pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Siapakah dia ?

Ni Made Riana Fitri. Itulah nama yang diberikan oleh I Ketut Duana dan Ni Wayan Suriani 17 tahun silam. Cewek yang hobi menari ini baru saja melaksanakan upacara pendewasaan atau lebih akrabnya dikenal dengan nama metatah (menek kelih).  Upacara pendewesaan menurut Agama Hindu yang dilakukan Riana dilaksanakan pada 6 Agustus 2013 bertepatan dengan hari pernikahan kakaknya, I Wayan Richiana. Walau demikian, Riana lebih suka menyebut dirinya masih kecil dan belum dewasa. “Aku kan masih kecil”, ujar Riana sambil tersenyum saat ditanya mengenai pertanyaan yang bersifat privasi. Saat ini Riana tinggal di tampat kos Jalan Goa Gong gang Taman Sari. Meskipun Riana memiliki beberapa masalah di tempat kosnya seperti masalah dengan pemilik kos dan teman sekamarnya, namun Riana tak mempunyai banyak pilihan karena asal Riana cukup jauh. Riana sebenarnya tinggal di Banjar Tua Desa Tua, Marga, Tabanan. Tapi karena kini Riana kuliah di Fakultas Pertaniam Unud, Jimbaran, maka Riana harus tinggal di tempat kos untuk memudahkan dirinya menjangkau tempat kuliah.

Sebelum kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Udayana, penyuka warna merah ini mengenyam pendidikannya sejak TK hingga SMA di Tabanan. Uniknya, saat TK Riana harus menipu dunia dengan mengubah akte kelahirannya yang sebenarnya lahir tanggal 10 November 1995 menjadi 10 Agustus 1995 agar bisa mendahului bersekolah di TK Marga. Karena hal itulah, banyak orang yang salah mengucapkan selamat saat Riana berulang tahun sehingga cewek yang ngefans Avril Lavigne ini harus menjelaskan berulang – ulang ke teman – temannya yang ingin tahu. Kendati demikian, keputusan yang diambil Riana tidaklah buruk. Berbagai prestasi telah diukirnya saat menuntut ilmu bersama dengan orang – orang yang lebih tua darinya. Prestasi yang pernah diraih oleh cewek penganut motto hidup Keep Moving Forward ini diantaranya adalah sebagai juara 2 kelas 1-6 SD, juara 1 tari Bali SD, juara umum kelas 1 & 2 SMP, juara umum kelas 2 & 3 SMA, juara 2 menulis karya ilmiah SMA tingkat kabupaten, 10 besar lomba astronomi tingkat kabupaten dan masih banyak lagi lainnya.

 Wanita penyuka steak ini sejatinya memiliki hobi membaca buku. Sayagnya sejak mulai kuliah, Riana lebih suka keluar atau berjalan – jalan karena menurutnya membaca itu melelahkan. Selain itu faktor kemajuan teknologi atau akibat berkembangnya gadget yang sangat cepat membuat Riana lebih suka membaca TL (Time Line) yang ada pada jejaring sosial Twitter. Karena kemajuan teknologi pula, berkomunikasi dengan orang yang jauh menjadi lebih mudah dan membuat Riana lebih suka chattingan via BBM (Black Berry Mesengger) untuk mencari informasi dibandingkan membaca buku. Cewek yang lebih suka makan diluar daripada makan di rumah ini mengatakan bahwa dirinya tidak mau dan tidak bisa menjadi gendut.”Padahal kalau makan di rumah bisa nambah, tapi sampai sekarang nggak gendut – gendut. Untung nggak bisa, soalnya cowok suka sama cewek yang kurus kan”, curhat cewek penyuka minuman soda atau Coca Cola ini.

Meskipun dari luar terlihat dewasa dan terkesan pemberani, tapi cewek setinggi 163 cm ini ternyata memiliki ketakutan yang mendalam terhadap 1 serangga. Seperti cewek pada umumnya, Riana takut terhadap ulat bulu dan itu ada alasannya. Saat SD Riana tidak sengaja menggenggam ulat bulu dan seluruh badannya gatal – gatal sampai tidak bisa tidur. Saat SD pula satu – satunya hewan peliharaan cewek seberat 48 kg ini dibunuh didepan matanya sendiri karena ada perburuan anjing rabies pada waktu itu. Sejak SD hingga SMP Riana bercita – cita menjadi dokter seperti anak – anak kebanyakan, tapi sekarang Riana yang memiliki penyakit maag ini sadar bahwa menjadi dokter tidak seasik  kedengarannya. “Jadi dokter itu kayaknya nggak asik. Kerjaannya ngeliatin luka orang terus, padahal ngeliatin luka sendiri aja nangis”, ujarnya. Sejak saat itu Riana berharap untuk masuk Fakultas Ekonomi UNUD agar bisa belajar hitung – hitungan ekonomi dan bercita – cita menjadi pegawai Bank. Meski kenyataannya sekarang Riana kuliah di Fakultas Pertanian, tapi ia tetap bersyukur karena masuk jurusan Agrbisnis dan masih bisa belajar Manajemen Ekonomi dan mengejar cita – cita barunya. (Bgs)

*Tulisan ini pernah dimuat dalam tabloid anggota Pers Mahasiswa Akademika UNUD

Kisah Awal


Tik... Tik…. Hujan mulai turun. Tak terasa musim hujan telah dimulai. Ini berarti sudah 7 bulan sejak pertama aku bertemu dengan Gita.
“Menurut penelitian, rasa suka pada seseorang hanya bertahan sampai 4 bulan. Jika lebih dari itu, artinya kamu cinta sama dia Ka !”
“Ciee.. Sahabatku Dika lagi jatuh cinta nih yee,” Maha menanggapi ucapan Jaya yang tidak jelas asal-usulnya itu.
Apakah ucapan Jaya itu benar-benar berasal dari suatu penelitian ilmiah ? Orang kurang kerjaan dari mana yang mau repot-repot menghitung hari hanya untuk tahu bahwa dirinya sudah tidak suka lagi pada orang yang dulu disukainya. Ada-ada saja.
Putu Dikayana Sedana. Itulah nama pemberian dari kedua orang tuaku 18 tahun silam. Kini aku sedang menjalani masa putih abu-abu di salah satu SMA favorit di Jakarta. Sebagai orang Hindu yang lahir di Jawa, diskriminasi karena perbedaan agama sudah menjadi makanan sehari-hariku.
“Hei kamu pemuja batu ! Ngapain kamu sekolah disini ?”
“Batu kok disembah ? Pohon juga dipakein kain. Dasar aneh.”
Kalimat-kalimat seperti itu sudah sering sekali kudengar. Entah maksudnya sebagai candaan atau celaan, keduanya jelas memilukan hatiku. Anehnya pula, aku justru semakin religius setelah mendengar ucapan mereka. Hari demi hari aku berdoa kepada Tuhanku.
“Ya Tuhan. Tolong berikan aku sahabat sejati yang bisa menerima aku apa adanya.”
CRING !! Doa itu terkabul. 2 mahluk ciptaan Tuhan yang ada di depanku tiba-tiba saja bersin secara bersamaan. Konon katanya kalau kita membicarakan seseorang, dia bisa mendadak bersin walaupun sedang sehat. Ada pula mitos yang mengatakan apabila kita membicarakan hal buruk tentang orang lain, maka alisnya akan kejet-kejet. Tapi itu tidaklah penting.
“Ka, kalau kamu segitu sukanya sama Gita, deketin lagi dong !”
“Iya ka, dulu kan kamu sempat deket sama dia pas lomba debat Bahasa Inggris. Kamu juga sekarang satu ekstra jurnalistik sama dia kan ?” Maha menimpali.
“Bukannya gimana ya guys, tapi Gita itu sekarang udah punya pacar. Pacarnya itu juga kayaknya cowok baik-baik. Liat dong gimana bahagianya Gita bisa jadi pacarnya.”
Walaupun agak sakit ketika kuucapkan, tapi inilah kenyataan. Apa yang bisa kulakukan untuk menandingi Awan ? Dia merupakan senior yang masuk di kelas favorit. Awan orangnya pintar, ramah, berprestasi dan memiliki wajah yang tampan. Awan sangat cocok berdampingan dengan Gita, madona angkatanku.
“Ya elah, kamu sendiri sih STMJ !!”
“Apaan tuh Maha ? Susu Teh Madu Jahe ?”
“Standar Tinggi, Muka Jelek”
“Hahahahahahahahahahahahaha,” gelak tawa mereka mengiris hatiku yang kesepian.

Bukannya tidak sadar diri, tapi apa yang bisa hatimu perbuat jika sudah jatuh cinta ?

Coba saja dulu aku tidak bergabung dalam organisasi baris-berbaris.
Coba saja organisasi itu tidak ditugaskan untuk jadi paduan suara dalam upacara bendera.
Coba saja saat latihan padus itu Gita tidak menjadi dirigennya.
Coba saja waktu itu dia tidak menatapku dalam waktu cukup lama.
Dan coba saja jika dia tidak tersenyum padaku.


Tapi dia tersenyum padaku. (Bagus)