My Instagram

My Instagram
My #2015bestnine in Instagram is still the best :)

Senin, 30 Juni 2025

Semua Pernah Salah, JNE Tidak Menyerah

 


“Grudug.. Grudug,” suara gemuruh petir menghiasi siang hari yang gelap di atas salah satu kantor perusahaan ekspedisi yang ada di Bali. Terlihat antrian pengunjung yang gelisah. Salah satunya adalah Bagus, pemuda asli pulau dewata yang diberikan sebuah tugas negara oleh ayahnya.

Sosok mahasiswa berkacamata itu duduk tegap menunggu nomor antriannya dipanggil. Ia sedikit cemas lantaran takut hujan turun mendahului sebelum tujuannya di kantor JNE terpenuhi. Ternyata Bagus lupa membawa jas hujan. Pikirannya terlalu penuh oleh tugas kampus dan beban dari ayahnya.


Sebuah bungkusan hitam dengan catatan yang terbungkus rapi ada di tangannya. Tulisannya berbunyi “Tolong Retur ke Alamat yang sesuai di Paket.” Tampaknya ada kesalahan pengiriman. Konon ayah si Bagus sudah melayangkan protes via telpon, tapi belum mendapatkan solusi yang sesuai. Akhirnya sang anak yang kena getahnya. Untung JNE memiliki banyak kantor cabang dengan lokasi yang strategis. Waktu itu teknologi belum semegah saat ini. Maklum, masih tahun 2019. Jika ada kesalahan dalam pengiriman barang, maka masyarakat akan berbondong ke kantor untuk meminta kejelasan

Suara angin semakin keras dan hati Bagus semakin cemas. Sat set! Petugas yang sigap ternyata sudah membereskan antrian yang mengular. Akhirnya Bagus dipersilahkan duduk di kursi panas. Dia berusaha menjelaskan tentang apa yang salah. Awalnya sang petugas pria yang melayani Bagus tidak mau menerima barang yang salah tersebut. Ia tidak mengakui kesalahan. Rekan kerja wanita yang duduk di sebelahnya pun mengingatkan. Semua pernah salah.

Petugas pria ini langsung melakukan panggilan telpon untuk mencari solusi dengan pimpinannya. Bagus sudah tenggelam dalam kebahagiaan karena merasa tugasnya akan segera selesai sebelum badai tiba. Sialnya paket salah itu ternyata belum bisa diterima karena lokasi tujuan atau ada bagian administrasi lain yang tidak jelas. Mendadak petugas wanita yang tadi mendatkan inspirasi. Dia melengkapi administrasi yang kurang dengan semangat melayani tanpa batas.

Akhirnya paket yang salah bisa diterima tanpa terlalu banyak masalah. Untunglah petugas JNE yang melayani Bagus sangat sabar, sigap dan memiliki inspirasi tanpa batas. Setelah mengucapkan terima kasih, Bagus keluar ruangan sambil tersenyum lebar. Mendadak petir langsung menggelegar dan hujan lebat turun menghantam bumi.

#JNE #ConnectingHappiness #JNE34SatSet #JNE34Tahun #JNEContentCompetition2025 #JNEInspirasiTanpaBatas


Rabu, 23 Mei 2018

Kritik Terbuka Untuk MPR ku Tercinta

Acara Ngobrol Bareng MPR RI Bersama Netizen Bali (Foto : @bagus_kresna)


        20 tahun silam Gedung MPR digeruduk mahasiswa yang menginginkan reformasi. Tanggal 10 Mei 2018, lembaga negara yang sama mengadakan acara ngobrol bareng bersama netizen Bali.

        Aku yang merupakan salah seorang netizen di Bali sudah pasti tak mau ketinggalan untuk ikut. Kapan lagi orang sepertiku bisa duduk di ruangan yang sama dengan anggota MPR yang terhormat ? Apalagi bisa mendapatkan kesempatan untuk berfoto bahkan selfie bersama. Luar biasa.

Foto dengan Sesjen MPR RI (tengah) bersama Komisariat Pertanian GMNI Denpasar dan 2 ibu-ibu netizen Bali (paling kanan)

Selfie Bersama Sekretaris Jenderal MPR RI, Ma'ruf Cahyono, SH., MH.,

Sabtu, 15 April 2017

Reklamasi Pecah Belah Rakyat Bali.

Rancangan Pulau Reklamasi

“Tolak reklamasi Teluk Benoa !” Banyak yang bilang kalimat itu pemersatu rakyat Bali dalam menolak investor rakus. Benarkah demikian ?

Saat ini kasus reklamasi Teluk Benoa sedang menuju puncaknya. Reklamasi adalah proses pembuatan daratan baru di lahan yang tadinya tertutup air, seperti bantaran sungai atau pesisir. Reklamasi Teluk Benoa rencananya akan mengubah peruntukan perairan Teluk Benoa dari kawasan konservasi menjadi zona budi daya dan pembangunan berbagai obyek wisata di atasnya. Rencana reklamasi itu menuai pro dan kontra.

Pihak yang mendukung menyatakan bahwa reklamasi itu dilakukan karena kondisi wilayah perairan sudah sangat terancam akibat abrasi dan terjadi sedimentasi / pendangkalan karena perubahan iklim global. Tujuan pemanfaatan kawasan Teluk Benoa, antara lain untuk mengurangi dampak bencana alam dan iklim global, serta menangani kerusakan pantai pesisir. Kebijakan rencana pengembangan Teluk Benoa adalah untuk meningkatkan daya saing dalam bidang destinasi wisata dengan menciptakan ikon pariwisata baru berkonsep green development berlandaskan budaya Bali, membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan perekonomian dan sebagai upaya mitigasi bencana, khususnya bahaya tsunami.

Kelompok yang menolak rencana reklamasi berpendapat bahwa kawasan konservasi memiliki banyak fungsi vital dalam pelestarian ekosistem. Mereklamasi kawasan konservasi, selain melanggar peraturan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita, juga membawa banyak dampak negatif bagi ekosistem maupun kehidupan masyarakat sekitar, termasuk kehilangan wilayah suci untuk upacara adat, tersingkirnya masyarakat dan budaya asli Bali, pembangunan Bali yang tidak merata, serta mafia-mafia berkedok investor yang akan berkuasa dibalik mulusnya reklamasi Teluk Benoa.

Hasil survei Indo Survey and Strategy (ISS) tahun 2014 menyebutkan, mayoritas masyarakat Bali ternyata menginginkan adanya revitalisasi berbasis reklamasi di pulau Benoa. Dari hasil survey didapati, sebanyak 53,2 persen masyarakat Bali memilih dilakukannya revitalisasi berbasis reklamasi, sedangkan 32 persen menolak revitalisasi berbasis reklamasi. Sisanya 3 persen masyarakat tidak menjawab.

Hal ini telah cukup membuktikan bahwa dibalik pihak yang terang-terangan menolak reklamasi teluk benoa, ada penduduk Bali yang terlihat diam tapi mendukung revitalisasi berbasis reklamasi. Apakah mereka yang mendukung reklamasi ini salah ? Belum tentu. Tapi jika ada orang yang secara terang-terangan mendukung reklamasi, secara tak langsung sikap orang-orang yang ada disekitarnya langsung berubah sinis. Tatapan matanya terkesan menyalahkan dan inilah yang berpotensi menimbulkan konflik lain : perpecahan Bali.

Kenapa bisa demikian ? Ada yang mengatakan hal ini sudah diatur oleh pihak yang ingin merusak Bali melaui politik devide et impera, politik pecah belah. Tapi apakah itu benar ? Bagaimana jika tidak ada orang asing yang mengadu domba rakyat Bali, tapi rakyat Bali itu sendiri yang belum paham sepenuhnya apakah reklamasi Teluk Benoa itu baik atau buruk, lalu bertengkar karena merasa alasannya yang paling benar ? Ironis.

Agar tidak menimbulkan perpecahan yang semakin parah, sebaiknya aksi terhadap penolakan reklamasi Teluk Benoa ini perlu dirubah menjadi aksi damai bersama untuk menguak kebenaran dari proyek tersebut, apakah reklamasi teluk benoa itu lebih banyak memberikan dampak positif atau negatif bagi Bali. Misalnya dengan mengadakan diskusi / kajian bersama, pengawasan bersama terhadap berbagai pihak yang terlibat, dan bila memungkinkan dengan memaksa penggagas proyek untuk membuka secara lengkap dan sejujur-jujurnya mengenai maksud dilakukannya reklamasi Teluk Benoa baik secara sekala atau niskala. Masyarakat juga hendaknya lebih terbuka terhadap berbagai pemikiran baik dari segi pro maupun kontra dengan tetap saling menghormati. Bukannya menyalahkan pemikiran yang berbeda dari yang diketahuinya.

Intinya meski kebenaran mengenai reklamasi Teluk Benoa belum jelas, rakyat Bali harus tetap akur dan bersatu untuk menghadapi masalah-masalah yang ada, khususnya masalah dari luar. Sama halnya seperti dua saudara yang terlalu sibuk berkelahi sehingga tidak memperhatikan anak tetangga yang mencuri mangga di halaman dua bersaudara tersebut. Jadi, dua bersaudara ini harus akur sehimgga bisa melindungi pohon mangganya dari pencuri sambil tetap merawat mangga tersebut agar semakin subur dan berbuah banyak (Bagus).

*Tulisan ini pernah dimuat di www.persakademika.com