Anis

Sore itu sekolah sudah sepi. Tidak seperti biasanya dimana murid - murid masih sibuk mengerjakan kegiatan mereka masing-masing seperti membuat tugas, berpacaran, dan lain sebagainya. Saat itu pukul menunjukkan jam 3 sore dan akulah satu - satunya mahluk hidup yang ada di sekolah yang terkenal angker di pinggiran Jakarta ini.


Aku adalah murid baru di sekolah itu dan aku dengan bodohnya melupakan tugas pentingku yang harus dikumpul keesokanharinya. Oleh karena itu, dengan perasaan takut dan tak karuan, aku nekat pergi ke sekolah hanya untuk mengambil tugasku yang baru setengah jadi. Padahal aku sudah mengajak seluruh orang yang kukenal untuk menemaniku, namun tidak ada yang bersedia menemaniku. Bahkan pacarku yang setia tidak mau menemaniku dan malah memutuskan hubungan yang telah kami bina selama 9 bulan. Kalau saja tugas itu bukan dari Bu “Killer”, aku tidak akan pergi ke sekolah pada hari itu, apalagi hari itua dalah hari Jum’at kliwon. Aku pergi ke sekolah dari rumah sekitar jam 2. Karena jarak rumah dan sekolahku yang agak jauh, aku memerlukan waktu sekitar setengah jam untuk mencapainya. Jam 2.33 sore aku tiba di depan sekolahku sendirian. Saat aku hendak memasuki sekolahku, pak satpam mencegatku dan menanyakan  tujuanku kemari. Aku bilang bahwa aku kemari hanya untuk mengambil tugasku yang tertinggal. Tatapan bapak itu langsung berubah dan dia pun mengijinkan aku masuk tanpa banyak tanya.

Padahal sudah sekitar satu minggu aku belajar di sekolah itu, tapi untuk pertama kalinya aku tidak bisa menemukan kelasku sendiri. Aku bingung dan mulai merasa takut, tapi aku mencoba untuk tenang. Di saat degup jantungku mulai teratur, angin mulai berhembus dan aku merasa kedinginan. Akupun memutuskan untuk masuk kedalam suatu kelas yang paling dekat dengan tempatku berdiri saat itu. Setelah aku masuk ke kelas tersebut, aku sadar kalau itu kelasku. Aku mencari bangku tempatku duduk dan aku menemukan tugasku di dalam kolong bangkuku.

            Saat aku berniat untuk pulang, bel sekolahku berbunyi dengan keras. Hatiku langsung tak karuan dan aku langsung mencari tempat untuk bersembunyi di sudut kelas ini. Setelah cukup lama, bunyi bel yang menakutkan itu berhenti. Dengan perasaan takut dan penasaran, aku memberanikan diri untuk mencari sumber suara itu.

            Saat aku sampai didepan lonceng sekolahku, aku melihat sesosok wanita berparas cantik dengan pakaian seragam sekolahku. Dengan agak takut, aku menyapanya dan menanyakan beberapa hal aneh yang dari tadi menimpaku. Setelah bertutur kata cukup lama, aku tahu kalau ia bernama Anis. Menurut pengakuannya,dia pergi ke sekolah pada sore ini untuk mengambil tugas yang tertinggal, sama sepertiku. Karena menurutku mukanya agak asing, aku menanyakan identitasnya dan dia mengaku kalau dia murid kelas XI A, sama sepertiku.

            Mendengar semua pengakuannya, aku menjadi agak bingung. Padahal aku yakin kalau aku sudah mengenal semua teman sekelasku dan aku rasa tidak ada anak yang bernama Anis, tapi karena mukanya yang ramah dan meyakinkan, aku mempercayainya. Karena matahari sudah mulai menjorok, aku pun berpamitan padanya dan mendahului pulang.

            Keesokan harinya aku kembali bersekolah, tapi suasana di sekolah saat itu bertolak belakang 360 derajat dari suasana saat aku mencari tugasku. Di kelas,aku mencari Anis dan bertanya pada seluruh teman-temanku, tapi tidak ada satupun yang mengenalnya. Karena masih penasaran, aku menanyakan seluruh warga sekolah mulai dari guru, tukang sapu, sampai office boy, tapi tetap saja mereka tidak tahu. Sepulang sekolah, aku bertemu lagi dengan pak satpam yang kemarin mencegatku. Saat aku menyapanya, dia terkejut dan langsung merapalkan doa-doa.

            Aku mendadak bingung dan aku mencoba untuk menenangkannya. Setelah dia tenang, dia menceritakan tentang seorang anak yang mirip sepertiku selalu datang kesekolah tiap Jum’at Kliwon sore jam 3 untuk mengambil tugasnya yang tertinggal, namun dia tak pernah pulang.