Tik...
Tik…. Hujan mulai turun. Tak terasa musim hujan telah dimulai. Ini berarti
sudah 7 bulan sejak pertama aku bertemu dengan Gita.
“Menurut
penelitian, rasa suka pada seseorang hanya bertahan sampai 4 bulan. Jika lebih
dari itu, artinya kamu cinta sama dia Ka !”
“Ciee..
Sahabatku Dika lagi jatuh cinta nih yee,” Maha menanggapi ucapan Jaya yang
tidak jelas asal-usulnya itu.
Apakah
ucapan Jaya itu benar-benar berasal dari suatu penelitian ilmiah ? Orang kurang
kerjaan dari mana yang mau repot-repot menghitung hari hanya untuk tahu bahwa
dirinya sudah tidak suka lagi pada orang yang dulu disukainya. Ada-ada saja.
Putu
Dikayana Sedana. Itulah nama pemberian dari kedua orang tuaku 18 tahun silam.
Kini aku sedang menjalani masa putih abu-abu di salah satu SMA favorit di
Jakarta. Sebagai orang Hindu yang lahir di Jawa, diskriminasi karena perbedaan
agama sudah menjadi makanan sehari-hariku.
“Hei
kamu pemuja batu ! Ngapain kamu sekolah disini ?”
“Batu
kok disembah ? Pohon juga dipakein kain. Dasar aneh.”
Kalimat-kalimat
seperti itu sudah sering sekali kudengar. Entah maksudnya sebagai candaan atau
celaan, keduanya jelas memilukan hatiku. Anehnya pula, aku justru semakin
religius setelah mendengar ucapan mereka. Hari demi hari aku berdoa kepada
Tuhanku.
“Ya
Tuhan. Tolong berikan aku sahabat sejati yang bisa menerima aku apa adanya.”
CRING
!! Doa itu terkabul. 2 mahluk ciptaan Tuhan yang ada di depanku tiba-tiba saja
bersin secara bersamaan. Konon katanya kalau kita membicarakan seseorang, dia
bisa mendadak bersin walaupun sedang sehat. Ada pula mitos yang mengatakan
apabila kita membicarakan hal buruk tentang orang lain, maka alisnya akan kejet-kejet. Tapi itu tidaklah penting.
“Ka,
kalau kamu segitu sukanya sama Gita, deketin lagi dong !”
“Iya
ka, dulu kan kamu sempat deket sama dia pas lomba debat Bahasa Inggris. Kamu
juga sekarang satu ekstra jurnalistik sama dia kan ?” Maha menimpali.
“Bukannya
gimana ya guys, tapi Gita itu sekarang udah punya pacar. Pacarnya itu juga
kayaknya cowok baik-baik. Liat dong gimana bahagianya Gita bisa jadi pacarnya.”
Walaupun
agak sakit ketika kuucapkan, tapi inilah kenyataan. Apa yang bisa kulakukan
untuk menandingi Awan ? Dia merupakan senior yang masuk di kelas favorit. Awan
orangnya pintar, ramah, berprestasi dan memiliki wajah yang tampan. Awan sangat
cocok berdampingan dengan Gita, madona angkatanku.
“Ya
elah, kamu sendiri sih STMJ !!”
“Apaan
tuh Maha ? Susu Teh Madu Jahe ?”
“Standar
Tinggi, Muka Jelek”
“Hahahahahahahahahahahahaha,”
gelak tawa mereka mengiris hatiku yang kesepian.
Bukannya
tidak sadar diri, tapi apa yang bisa hatimu perbuat jika sudah jatuh cinta ?
Coba
saja dulu aku tidak bergabung dalam organisasi baris-berbaris.
Coba
saja organisasi itu tidak ditugaskan untuk jadi paduan suara dalam upacara
bendera.
Coba
saja saat latihan padus itu Gita tidak menjadi dirigennya.
Coba
saja waktu itu dia tidak menatapku dalam waktu cukup lama.
Dan
coba saja jika dia tidak tersenyum padaku.
Tapi
dia tersenyum padaku. (Bagus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar