“Duar, toet, happy new year !” Sama seperti tahun sebelumnya, kembang api,
terompet dan teriakan para tetangga memeriahkan dimulainya tahun 2016. Tidak
ada perbedaan sama sekali dibandingkan tahun 2015.
Perbedaan yang kurasakan mungkin dari caraku merayakannya
tahun ini. Tahun lalu aku merayakan pergantian tahun bersama keluarga besar
ibuku dengan acara manggang bersama sambil menunggu jam 12 malam. Tahun ini aku
hanya merayakannya bersama dengan keluarga kecilku minus Yoga, adik pertamaku
yang tidak pulang karena masih UAS di Bogor. Kegiatan yang aku lakukan juga
hanya bermain PS bersama Gusdha, adikku yang paling kecil. Belum lagi mamaku
yang tidur dan nggak bisa dibangunin jam 12 malam. Alhasil aku hanya merayakan
pergantian tahun bersama papa yang berhasil kubangunkan dari tidurnya dan
adikku yang paling kecil. Kami merayakan tahun baru 2016 dengan acara menonton
kembang api yang dihidupkan tetangga dari lantai 2 rumah kami dan dilanjutkan
dengan acara sembahyang bertiga.
Perayaan Th Baru 2016 |
Aku yang sejak jam 9 malam tahun 2015 selalu kalah saat
bermain PS melawan adikku, tiba-tiba saja menjadi tak terkalahklan setelah
pergantian tahun 2016. Dari hal kecil itu, aku merasa bahwa tahun ini aku tidak
akan terkalahkan dam menurutku itu bisa terjadi karena aku serius, berusaha
dengan keras untuk tidak kalah dan berdoa sebanyak-banyaknya saat bermain PS
melawan adikku (main PS aja aku berdoa).
“Masak
diawal tahun aku harus kalah lagi lawan adikku ?” Pertanyaan itu menggema
didalam diriku. Dari pertanyaan itu, alam bawah sadarku pasti sudah
mengumpulkan niat untuk mengalahkan adikku. Seperti kata banyak orang : kalau
ada niat, pasti ada jalan. Tapi, niat tanpa usaha tidak akan menjadi apa-apa,
dan usaha tanpa doa… (Kau pasti tahu kelanjutannya).
Diluar
itu semua, ada satu hal yang menjadi pertanyaanku. Kenapa pergantian tahun
selalu kita rayakan dengan meriah, sementara pergantian hari, minggu dan bulan
tidak kita rayakan semeriah tahun baru ?? Aneh kan ? Menurutku jawaban
pertanyaan itu karena kebanyakan manusia masih merasa gengsi jika tidak
melakukan perayaan yang meriah pada hari yang hanya datang setahun sekali ini.
Hahaha..
Meskipun
agak sedih, tapi inilah kenyataannya. Berkaca dari kegiatanku tanggal 1 Januari
2015, dulu aku juga terjebak dalam pola pikir seperti itu. Tahun lalu aku
bersama teman-teman SMA ku merayakan pergantian tahun dengan bermain ke pantai
di Jimbaran hingga malam dan menutup hari dengan makan bersama di salah satu
restoran siap saji di wilayah Kuta. Dan kali ini kalian tahu aku merayakan awal
tahun kemana ? Aku bersama keluargaku makan ayam lalapan bersama dilanjutkan
dengan sembahyang ke Pura Tirta Empul untuk melakukan pemlukatan (pembersihan
diri menurut Agama Hindu). Cukup kontras ya ? Hehehe.
Melali Diawal Th 2015 |
Melukat Diawal Th 2016 |
Bukannya menyalahkan gaya hidup yang suka bermain /
menghabiskan waktu bersama teman-teman dan menikmati makanan siap saji yang
terkesan mewah, tapi alangkah baiknya jika kita juga tidak meninggalkan budaya asli
kita sendiri. Sisakan waktu bagi keluarga, kembali mendekatkan diri kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan terapkan pola hidup sederhana. Kalau kadang-kadang
khilaf sih tidak masalah karena aku juga masih sering melakukannya. Yang paling
penting adalah tetap menikmati hidup pada tahun 2016 ini dengan lebih banyak
melakukan hal-hal baik dibandingkan tahun sebelumnya :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar