Sejak
dini hari aku kelaparan. Paginya pun mama nggak masak, jadi otomatis tidak ada
makanan. Bisa jadi ini penyebabnya.
Hiburanku hari ini cuma dengan
menggambar komik mengenai kejadian di jalanan. Yang bikin kesal adalah papaku
yang mengatakan kalau dirinya benar soal masalah kloset yang bocor di kamarnya.
Aku bilang kalau klosetnya rusak dan ada yang bolong di tangki penyimpanan
airnya. Papa bilang kalau kenop/tuas klosetnya yang kurang benar pemasangannya
sehingga airnya bocor. Setelah diperiksa lebih detil, akhirnya aku yang salah.
Tapi mana ada orang yang senang disalahkan ? Satu lagi kebodohan umum manusia :
tidak mau disalahkan (padahal sudah jelas salah).
Sambil menggerutu dan membuat
tulisan ini, papaku kembali mengajakku ngobrol dan menanyakan apakah aku mau
kalau kita sekeluarga pindah ke rumahku yang lain di Noja. Papa bilang kalau
secara niskala rumah ini kurang baik untuk berbisnis. Buktinya sejak tinggal
disini, papa nggak ada pemasukan. Mungkin itu benar, tapi menurutku ini juga
disebabkan karena kondisi ekonomi keluarga kami yang agak menurun sehingga
rumahku di Renon ini mau dikontrakkan.
Rumahku Istanaku |
“Tapi
aset papa masih banyak kok, Bagus tenang saja. Sekarang bukan jamannya gengsi
gus. Rumah di Noja juga cukup besar kan,” kata papaku mencoba menghibur. Sial !
Andai aku bisa melakukan sesuatu untuk memperbaiki kondisi ini. Padahal aku
berencana untuk membeli rumah tetangga di sebelah dan belakang rumahku lalu
disatukan agar menjadi satu dengan rumahku saat ini. Tujuannya supaya aku dan
dua adikku tidak perlu tinggal terpisah jika sudah dewasa nanti. Sakit juga hatiku
melihat kondisi ekonomi keluargaku saat ini.
Belum
lagi sore harinya saat aku dan teman-teman SMP ku nggak jadi ngumpul. Padahal
sudah direncanakan cukup lama sejak batal futsal bersama, tapi akhirnya sama
saja nggak ada yang bisa. Tampaknya semuanya kini sudah punya kesibukan
masing-masing. Akhirnya aku dan temanku yang bernama Pande jalan-jalan berdua
saja (bukan homo). Di perjalanan mencari tempat makan, Pande menceritakan rasa
sakit (hati) nya terhadap kondisi seniman di Bali. Menurutnya banyak seniman Bali
terlalu terpaku dengan gaya seni tradisional sehingga tidak bisa mengikuti
perkembangan zaman. Seniman di Bali sebenarnya sangat hebat, tapi banyak
seniman tua yang terlalu kaku untuk mengubah / memberikan inovasi dan mengkomersialisasi
hasil karyanya. Akhirnya hasil karya mereka yang hebat itu hanya bisa dilihat
di pameran-pameran atau galeri seni. Padahal saat ini cuma sedikit orang-orang
yang tertarik untuk pergi melihat pameran / galeri seni.
Salah satu desain karya Pande Mahardika |
Beda
halnya dengan Pande. Dia berani memberikan inovasi pada karya / tradisi Bali
yang disebutnya dengan culture distortion (gambar di atas). Konsepnya yaitu
dengan mengabungkan gambar mengenai tradisi / budaya di Bali dengan gaya hidup
masa kini (detilnya bisa ditanyakan ke Pande langsung. FB: Pande Mahardika).
Kemudian Pande mencetaknya pada baju untuk dijual agar bisa mendapatkan
keuntungan dan hasil karyanya dilihat oleh lebih banyak orang. Selain itu,
Pande juga membuat akun “Komik Strip Bali” di Instagram untuk menjaga budaya
serta tradisi Bali. Dengan media sosial, ia mempublikasikan hasil karyanya yang
notabene tidak dilakukan oleh para seniman tua tradisional di Bali.
Akun Komikstrip Bali di Instagram |
Sakit
(hati) yang dirasakan Pande temanku tidak hanya sebatas itu. Ia menceritakan
kalau karya seniman muda di Bali sedikit yang dihargai oleh orang-orang lokal,
padahal orang-orang asing banyak yang memuji. “Buktinya bisa dilihat di
Instagram plo. Banyakan orang asing yang komen gambarku dan bilang nice, good
job, dsb. Orang lokal mana ada yang gitu” curhatnya. Bahkan parahnya ada salah
satu brand clothing internasional yang terang-terangan mengangkat tema Bali
tapi justru dipuji oleh orang Bali sendiri, sedangkan clothing lokal yang sejak
dulu mengangkat tema Bali diabaikan. Sakit aku mendengarnya.
Masih
dalam perjalanan menuju tempat makan, Pande memberi tahu aku tentang quote “stop
making stupid people famous” yang baru saja diketahuinya. Dan ini jelas perlu diterapkan
di Indonesia. Kenapa demikian ? Menurut Pande (menurutku juga) karena di negeri
kita tercinta ini sudah terlalu banyak orang bodoh & aneh yang dijadikan terkenal
oleh media. Padahal banyak orang hebat dan telah bekerja keras serta berjasa
bagi banyak orang yang pantas untuk terkenal.
Setelah
kelaparan di perjalanan, sampailah kami di Herkas Sari Laut. Tempat ini cukup
terkenal sebagai tempat nongkrong anak muda kekinian padahal, tempatnya biasa
saja. Kami memesan kepiting yang harganya cukup mengagetkan, diatas seratus
ribu ! Kalau tempatnya mewah sih wajar, tapi untung rasanya enak. Lucunya ada
cowok yang duduk dekat kami melarang ceweknya untuk membeli kepiting. “Mungkin
uangnya kurang plo,” kata Pande melucu.
Kepiting Perdana 2016 |
Yang
membuat aku kepikiran adalah banyak orang bergaya cukup mewah dan stylish hanya
untuk makan di tempat ini. Ada juga cowok dengan gaya keren kekinian (rasanya
semua pakaian bermerk, pakai pomade dan bawa mobil) berbicara sok pintar, lalu
membahas hal aneh demi menarik hati dua cewek yang diajaknya. Kalau mau jadi
cowok keren, harusnya isi otaknya dulu bro. Malu-maluin cowok keren aja.
Hahaha, sakit (hati) ku melihatnya (soalnya dua cewek yang diajaknya
cantik-cantik).
Sesudah
makan malam, kami ke Mall Bali Galeria beli Chatime, beli komik Naruto terbaru
dan melihat model-model ilustrasi / desain dibuku yang ada di Gramedia. Ini
kami lakukan untuk mencari inspirasi dalam pembuatan desain baju clothing kami,
DIAMOND HEART. Karena sudah larut dan Kajeng Kliwon, kami pulang ke rumah Pande
di Batubulan. Sampai sana aku dipaksa nonton Death Note sampai dini hari
tanggal 7-1-2016. Kami berdebat setelah film itu. Kami membicarakan tentang ide
orisinil dalam membuat karya, khususnya dalam membuat komik. Pande bilang,
menurut dosennya tidak ada ide yang orisinil karena pembuatnya pasti
terinspirasi dari sesuatu, jadi hati-hati kalau mau mengatakan bahwa idemu
sendiri itu orisinil / original. Aku menyanggah hal tersebut dan aku disuruh
untuk membuat ide yang lebih baik. Aku menceritakan ide orisinilku yang tidak
pernah ada sebelumnya, tapi aku melihat Pande sedikit meremehkan ideku. Ia
menyuruhku untuk membuat ide itu dulu dalam bentuk komik. Mungkin dia sedikit
kesal karena aku terlalu banyak omong. Hahaha, sakit juga dengarnya kan ? Ya
sudahlah, kucoba dulu gambar.
Tanggal
6 Januari tahun lalu aku juga sakit, tapi sakit secara fisik. Aku sakit perut
parah dan harus ke dokter sepulang dari kampus Sudirman untuk absen UAS
Demografi dan Akuntansi Manajemen. Tapi meskipun sakit, tahun lalu aku masih
bisa membantu papa dengan mengantarkannya ke PAG untuk menyervis mobilnya. Not
bad.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar