My Instagram

My Instagram
My #2015bestnine in Instagram is still the best :)

Kamis, 07 Januari 2016

7-1-2016 : Cetik.

7 Januari 2016 aku bangun jam 7 untuk mengantar adikku sekolah, tidur lagi dan bangun jam 11 siang. Wajar kan ? Pulangnya saja aku jam 3 pagi. Saat pulang dari Batubulan, salah satu bagian tubuhku gatal-gatal hebat. Aneh ya, padahal seharian baik-baik saja.

Yang unik hari ini adalah aku pergi ke Griya Ayu Natar Sari untuk meminta tolong agar upacara otonanku bisa dilaksanakan disana hari sabtu tanggal 9-1-2016. Setelah dapat izin dari Ida Pandita untuk melaksanakan otonan disana, papa bercerita tentang mimpinya. Ia memimpikan bahwa mobil sedannya rusak kena benda jatuh dan mobil sedannya itu hancur di garasi rumah. Langsung saja Ida Pandita keluar melihat kondisi mobil sedan yang diparkir di depan griya. Setelah itu, Ida Pandita menyuruh papa untuk memasukkan mobil sedannya ke griya. Ida Pandita lalu mengambil tirta dan menyiramkannya ke mobil sedan tersebut. Tiba-tiba dari tempat yang terkena tirta, keluar cairan berwarna merah. Itu DARAH !!

Darah di mobil sedan


Menurut Ida Pandita, ada orang yang tidak menyukai / iri dengan keluarga kami dan berniat buruk dengan menaruh cetik pada mobil sedan kami. Cetiknya berupa darah orang yang datang bulan. Jijik sekaligus mengerikan. Untung saja kami masih ada dalam perlindungan Tuhan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang memberi tahu papaku lewat mimpi. Sejak mengalami mimpi tersebut, mobil sedan kami tidak pernah digunakan sampai saat ini. Setelah mobil sedan bersih, giliranku yang menceritakan mimpiku. Aku bermimpi bahwa rumahku dikepung banyak buaya raksasa dan aku sekeluarga kabur dikejar keliling rumah. Pada mimpi yang sama, aku bertemu dengan harimau putih yang kuajak ngomong dengan Bahasa Bali. Lalu ada orang datang mengusir buaya raksasa tersebut sambil membawa banyak kucing. Aku mengajak salah satu kucing tersebut untuk bermain, tapi aku justru dicakar sampai terluka (pernah aku pos di Path dan FB).
Berdasarkan hasil penerawangan Ida Pandita, mimpiku itu berarti sangat buruk. Buaya besar menandakan bahaya, musibah, dan masalah. Aku dicakar kucing juga berarti bahaya. Ada kemungkinan aku dikenai cetik dan nyawaku terancam. Apalagi Kajeng Kliwon kemarin aku tidak sembahyang dan saat dini hari aku pulang, rasanya aku melihat banyak mahluk halus / penampakan. Untungnya dalam mimpi aku bertemu harimau putih dan kuajak berbicara. Menurut Ida Pandita, itu artinya masih ada yang melindungiku dan keluarga. Semoga semuanya baik-baik saja. Untuk yang berusaha nyetik aku dan keluargaku, tolong berhenti. Kami juga saat ini sedang kesulitan. Daripada terjebak dalam rasa iri, lebih baik tobat dan berusaha menyelesaiakan masalah sendiri. Kalau ada yang bisa kami bantu, tolong katakan dengan baik-baik. Astungkara kami bantu semampu kami. Suksma.
Karena lama di tempat Ida Pandita, aku pun telat datang rapat wisata jurnalistik. Pada acara kali ini, aku ditunjuk sebagai sie acara sekaligus bendahara. Karena aku terlambat, tampaknya rapat wisjur dipending dan dilakukan pembahasan mengenai kartu pers Akademika yang terbaru. Seluruh peserta rapat diminta memberikan masukan, tapi aku merasa masukanku kurang dihargai. Kebiasaan burukku yang kudapat dari papaku juga jadi keluar gara-gara emosi. Aku justru menyombongkan diriku saat dulu menggunakan kartu pers untuk mewawancarai orang-orang penting. Padahal masukanku baik, yaitu untuk mengisikan keterangan mengenai fungsi kartu pers dan minimal tanda tangan PU serta pemred pada kartu pers yang akan dibuat. Kalau nggak bisa nerima masukan, dari awal nggak usah minta masukan. Haha.
Rapat mengenai wisjur juga berlangsung tegang. Ini karena ketua panitia juga terbawa emosi yang disebabkan peserta rapat terlalu santai dan kebanyakan bercanda. Sempat dibahas mengenai HUT Pers Mahasiswa Akademika UNUD yang ke 33. Secara mengejutkan, temanku Sui Suadnyana *busuk yang menjadi ketua panitia. Hahaha, madak ci Sui. Karena Sui juga memiliki banyak kegiatan diluar organisasi ini, ia mengharapkan adanya wakil. Aku sebagai SC menawarkan diri untuk menjalankan fungsi sebagai wakil apabila Sui berhalangan untuk memimpin rapat. Tapi lagi-lagi masukanku ditolak mentah-mentah dengan dalil strukturku sebagai SC. Kalau kayak gini caranya, mungkin aku nggak akan ngambil banyak kerjaan diluar tanggung jawabku dalam mempersiapkan acara ini. Aku kan SC. Wahahaha (stress).
Satu lagi hal yang buat aku gelisah adalah mengenai saranku untuk mengadakan lomba foto jurnalistik tingkat nasional (minimal se-Bali dah) yang kemungkinan juga tidak akan dilaksanakan. Padahal fungsi SC sebagai pemberi masukan kan ? Untuk apa aku jadi SC kalau begini caranya ? Terlalu banyak masalah rumah tangga organisasi yang kurasakan dan rasanya hanya akan menjadi aib kalau aku curahkan disini. Mungkin juga ini karena cetik yang mempengaruhiku.
Kembali ke permasalahan niskala / gaib, Ida Pandita sempat berkata bahwa saat ini aku sangatlah kotor. “Kalau gus dilukat dengan tirta suci dari griya, pasti akan langsung berubah warna tirtanya jadi keruh atau berlumpur,” ujar Ida Pandita sambil tersenyum. Hahaha, sakit kepalaku nulis tulisan ini. Padahal tulisan ini aku buat saat Hari Suci Siwalatri. Sial !!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar