Saat perjalanan menuju Pura Besakih
untuk sembahyang bersama, aku dan pamanku berbagi banyak cerita. Salah satunya
adalah mengenai masalah pekerja di Indonesia.
Dibandingkan
tanggal 2-1-2015 dimana aku melewatkan hari dengan mengikuti UAS subak di
kampus bukit Jimbaran, mencukur rambutku dengan model yang isi trek kutu,
nonton Ouija, main bola di garasi dan latihan naik mobil sendiri, tahun ini
tampak lebih baik. Ditanggal yang sama pada tahun ini, aku sekeluarga
memutuskan untuk menghadap Tuhan Yang Maha Esa di Pura Besakih.
Pakmang
(pamanku) bercerita tentang keramahan orang luar negeri. Saat nyasar di Jerman, Pakmang sempat bertanya tentang jalur kereta yang harus dilewati di Berlin kepada orang asing yang seram dan berotot, Ajaibnya orang tersebut mau secara langsung mengantar Pakmang. "Orang Bali sebagaimanapun ramahnya kalah ternyata sama orang luar gus," katanya. Pakmang juga cerita kalau dia dapat banyak pekerjaan di Malaysia. “Sebenarnya
orang Indonesia banyak yang lebih terampil dan skillnya jauh lebih baik
dibandingkan orang negera lain gus. Sayangnya kita sering nggak dapat
kesempatan,” ujar pakmang sambil menyetir mobil sedan hitamku. Menurutku kenapa
kita nggak buat kesempatan dengan usaha kita sendiri ? Tapi kalau cuma ngomong
gampang sih. Pengalaman kerjaku belum seberapa, jadi mungkin kesempatan didunia
kerja cukup sulit untuk didapat.
Aku, pakmang (paling kiri) & keluarga di Pura Gelap, Besakih |
Kebanyakan orang Indonesia yang
hebat tidak dihargai di negeri sendiri. Buktinya pakmangku sampai harus jadi
kepala proyek Mass Rapid Transport (MRT) di Malaysia karena di Indonesia nggak
ada proyek (menurutku nggak ada perusahaan yang mempercayakan pakmangku untuk
memimpin proyek besar dan menguntungkan di Indonesia). Malahan kontraknya disana
terus diperpanjang dari yang awalnya ½ tahun di 2015 jadi sampai akhir 2016.
Pakmang juga bilang harusnya di Bali dikembangkan MRT supaya tidak macet, tapi
pasti banyak orang (sopir, gojek driver, dsb) yang kehilangan pekerjaan.
Kemudian pemerintah juga akan sedikit dapat uang dari pajak kendaraan seperti
kata Bli Alit Kelakan, alumni GMNI Denpasar yang pernah menjabat sebagai Wakil
Gubernur Bali. Hal itu beliau sampaikan dalam diskusi publik GMNI Denpasar saat
Bulan Bung Karno 2015. Sumber pemasukan pemerintah saat ini memang sebagian
besar berasal dari pajak kendaraan bermotor. Jadi untuk saat ini pengembangan
MRT di Indonesia masih mustahil. Semoga kedepannya di Indonesia bisa dibangun
MRT, tapi yang paling penting semoga Indonesia kedepannya bisa lebih menghargai
orang-orangnya dan menggunakan ahli dari negerinya sendiri untuk membangun
Indonesia yang lebih baik.
*Lucu
dengar pakmangku yang orang Indonesia tulen tapi justru kerja diproyek MRT
untuk membangun negeri orang lain -_-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar