My Instagram

My Instagram
My #2015bestnine in Instagram is still the best :)

Selasa, 05 Januari 2016

3-1-2016 : Jadi Juri, Harus Memilih.

        Tahun lalu cuaca cukup buruk karena hujan dari pagi. Dicatatanku tanggal 3-1-2015, aku hampir seharian di rumah dimana sorenya aku baru pergi ke Student Center UNUD. Itupun hanya untuk menjual sosis yang dibuat bersama teman-temanku di dapur rumahku dalam rangka penggalian dana Persma Akademika. Dari sekian banyak sosis yang kami jual, hampir sebagian besar aku borong untuk dimakan bersama temanku di Batubulan sambil menonton anime favoritku waktu itu : BAKUMAN :D

Sedangkan tahun ini aku pulang dari Besakih jam 3 pagi dan jam 7 baru bangun karena alarm nggak bunyi, padahal jam 8 aku harus jadi juri di Trisma. Proposal bisnis yang harus kunilai pun belum selesai kuperiksa. WADAOOOW !!

Jam 7 masih menjuri proposal bisnis
Peserta pertama yang presentasinya kunilai
Juara 1 nya. Yang kanan namanya Dani. Mirip Angga my bro :D
Dikasih Es Buah sama pesertanya
Almamaterku dari SMPN3 Denpasar
Kak Ananta menjuri. Pertanyaannya selalu bikin peserta bingung

Setelah menjuri 9 presentasi dari peserta lomba Entrepreneurship Trisma Competition (ETC), aku menikmati santap siang bersama guru besar masa SMA, Kak Ananta. Kami berdiskusi tentang reklamasi Teluk Benoa. “Mahasiswa seharusnya ga boleh netral. Netral itu bukan sikap. Jangan jadi abu-abu gus. Lebih baik milih dukung / nolak dengan alasan yang jelas,” kata Kak Ananta dengan nada serius sambil agak bercanda (bagaimana mendeskripsikannya ya ? Gaya khas Kak Ananta pokoknya).
Gara-gara diskusi itu, aku jadi teringat debat kusirku dengan senior dan teman-temanku pada penghujung tahun 2015 mengenai hal yang sama : Reklamasi Teluk Benoa. Kesimpulan diskusi yang kutangkap yaitu bahwa kita harus memilih / mengambil sikap sesuai hati nurani dan pilihanku waktu itu adalah netral. Itu karena aku tidak suka melihat kita sebagai saudara sesama orang Bali bertengkar satu sama lain, sementara ada pihak-pihak asing yang mengambil keuntungan dari hal tersebut. Tapi karena Kak Ananta bilang netral itu bukan sikap, rasanya aku harus membuat keputusan yang berani antara mendukung / menolak reklamasi Teluk Benoa. Dan hati nuraniku rasanya cenderung kearah mendukung reklamasi Teluk Benoa. Entah kenapa penilaianku melihat itu sebagai pilihan yang tepat untuk Bali & Indonesia. Memang benar dampaknya terhadap lingkungan cukup menyeramkan. Kemudian ada isu mengenai para investor rakus dan mafia-mafia mengerikan dibaliknya. Tapi diluar itu semua, menurutku dampak positifnya lebih banyak. Apalagi jika kita bisa menanggulangi dampak negatif tersebut. Nanti aku coba jabarkan lebih detil alasanku  kenapa dukung reklamasi Teluk Benoa deh, tapi dipostingan yang berbeda (panjang banget, lagi males ngetik).
Kembali soal juri-menjuri. Aku jadi juri untuk lomba di SMAku ini juga sebenarnya merupakan pilihan yang cukup berat. Selain harus merelakan waktu bersama keluarga besarku yang diwaktu bersamaan juga berwisata ke Taman Nusa bersama pakmang (paman) dan Fei-fei (adik misanku) dari Jakarta, aku juga tidak bisa ikut ke Taman Makam Pahlawan Margarana menentukan jalur tracking untuk wisata jurnalistik Pers Mahasiswa Akademika.
My Big Family at Taman Nusa
Teman-teman AKA yang buka jalur tracking di Margarana

Dibalik kesedihan karena tidak memilih untuk mengikuti 2 kegiatan di atas, sebenarnya aku merasa belum pantas jadi juri lomba proposal bisnis dan entrepreneur / kewirausahaan ini. Mungkin karena aku sampai sekarang belum cukup sukses jadi wirausahawan. Memang waktu SMP aku pernah buka usaha dengan menyewakan komik ke teman-temanku. Waktu SMA aku juga pernah buka usaha fotografi & videografi untuk dokumentasi acara / kegiatan. Di SMA juga aku pertama kali belajar nyari uang untuk berbagai kegiatan ekstra jurnalistik Madyapadma melalui sponsorship, iklan majalah, menjuarai berbagai lomba, menjual barang bekas, sampai jadi makelar sepeda motor. Dan saat kuliah aku baru belajar nyari uang secara berkelompok dalam kegiatan Dies Natalis 52 UNUD sebagai koordinator penggalian dana dengan cara jualan puding / camilan di lapangan Renon & Puputan Badung, mengamen di tempat-tempat makan, bahkan jualan baju bekas di pasar. Saat kuliah aku juga baru belajar cara nyari uang dengan bekerja sama bersama temanku membuat baju yang dijual di distro, jadi surveyor, pemateri jurnalistik, dan yang terbaru ini dengan jadi juri. Dan setelah kupikir-pikir, mungkin sebenarnya aku cukup pantas menjuri anak SMP ya ? Hahaha (malah jadi sombong, padahal aku udah niat tahun ini akan jadi pribadi yang lebih rendah hati *btw masih banyak kegiatan-kegiatanku yang berkaitan dengan wirausaha & cara mencari uang yang belum kucantumin loo).
Sore sesudah pengumuman juara lomba, aku yang sudah cukup lelah secara fisik dan mental lagi-lagi harus memilih. Apakah aku harus menyusul keluarga besarku, pulang untuk isirahat, atau mengikuti rapat wisata jurnalistik bersama kawan-kawan Persma Akademika ? Akhirnya aku menghabiskan sore-malamku di sekre Akademika untuk TM wisjur & evaluasi. Dilanjutkan dengan makan malam bersama teman & juniorku yang sudah kuanggap sebagai saudara sendri. Akhirnya kuakhiri hari dengan nongkrong sampai malam di sekre tercinta.

Narsis di tempat makan. Aku yang traktir loo
Padahal aku sudah bertekad untuk tidak menjadi pribadi yang aneh tahun ini. Tapi aku ternyata masih tetap aneh. Udah umur segini masih juga aku nyari sensasi dengan juniorku yang sudah kuanggap adik tadi. Tampaknya jalanku menuju kedewasaan masih sangat panjang :D

Udah 2016 masih suka buat sensasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar