Kisah Seorang Jawa di
Pulau Seribu Pura
Penulis : Fanny J Poyk
Penerbit : Bestari Buana Murni
Cetakan : Juni 2009
Tebal :
192 halaman; 14 x 21 cm
Harga : Rp 35.000,-
Sebagai
orang yang lahir di Bima, NTB, Fanny
Jonathans Poyk selaku penulis mampu menggambarkan suasana pulau Bali dengan
cukup baik pada novelnya yang berjudul Pelangi di Langit Bali ini. Dalam
novelnya, ia menceritakan tentang kehidupan seorang anak dari Pulau Jawa yang
pindah rumah ke Bali dan mengalami berbagai cobaan. Karena sebagian besar
cerita dalam novel ini diambil dari kisah nyata penulis saat ia pindah ke Bali,
penulis mampu menarik pembaca dengan mudah ke dalam dunia novel tersebut. Novel
seharga Rp 35.000,- itu juga mengandung banyak nilai moral dan cocok dibaca
siapa saja, khususnya kalangan remaja.
Ditinjau
dari segi redaksional, novel ini dapat membantu menambah nilai kepekaan dan
kemanusiaan pada diri kita karena pada
novel ini digambarkan keadaan seorang anak yang boleh dibilang cukup sengsara
dan cukup sering terjadi pada kehidupan orang luar yang menetap di Bali. Novel
ini juga mampu mengenalkan beberapa kebudayaan yang ada di Bali karena pada
beberapa ceritanya dimasukkan hal – hal budaya yang hanya ada di Bali. Selain
itu, novel ini dibuat dengan sangat rapi dan kata – kata yang dipakai tidak
terlalu baku sehingga mudah dimengerti pembaca. Dengan terjemahan di halaman
191, pembaca tidak akan sulit utuk mengartikan beberapa tulisan berbahasa Bali
yang ada pada novel ini. Dari segi artistik, novel yang diterbitkan oleh
Bestari Buana Murni ini nyaman dibaca karena font dan ukuran tulisannya
terlihat jelas. Selain itu, pada tiap bab baru, terdapat gambar pemeran utama
pada novel ini sehingga pembaca tidak jenuh. Pada cover, dapat terlihat nuansa
muda dan ciri khas Bali dengan adanya gambar anak – anak dan pura yang
didominasi oleh warna oranye. Dengan cover yang unik dan berwarna cerah,
pembaca dapat dengan mudah mengenali novel ini. Kertas yang digunakan pada
novel ini cukup bagus dan tidak gampang robek.
Walaupun
begitu, kekurangan pada buku ini dapat dilihat pada penggunaan bahasa daerah
Bali yang tergolong “kasar”, dan beberapa tulisan yang menumbar aib Bali
seperti cerita tentang leak, cetik, dan sebagainya. Tapi dari tulisan itu pula
bisa kita petik bahwa Bali itu tidak hanya diisi oleh hal – hal baik saja dan
nilai moral yang bisa didapatkan setelah membaca novel ini adalah bahwa
kesabaran pasti akan membuahkan hasil serta jangan pernah menyerah pada
kemiskinan. (BGS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar